Di zaman serba modern
seperti yang terjadi saat ini mengakibatkan permasalahan kehidupan semakin
beranekaragam. Seiring dengan berjalannya perkembangan zaman modern kali ini
banyak sekali hal hal positif yang dapat kita terima, seperti perkembangan
teknologi, tapi selain hal hal yang postif juga ada hal hal yang berpengaruh
negatif. Salah satu pengaruh negatif adalah permasalahan kehidupan sosial dan
kenalakan remaja yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Kenakalan remaja yang
dimaksud dalam hal ini adalah perilaku yang melanggar hukum. Wujud dari kenakalan
remaja yang banyak dijumpai adalah perkelahian, pemerkosaan, seks diluar nikah,
membolos sekolah dan penyalahgunaan narkoba (Sarwono, 1993:200). Berdasarkan
akibat yang ditimbulkannya bagi para remaja, penyalahgunaan narkoba,
psikotropika maupun zat aditif lainnya,
dicatat merupakan permasalahan terparah dibandingkan dengan kenakalan remaja
yang lainnya. Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa penyalahgunaan narkoba dan
obat terlarang di Indonesia saat ini menjadi hal utama yang semakin meresahkan.
Narkoba atau zat
aditif lainnya dulu dianggap sebagai barang eksklusif yang hanya
diperoleh di tempat - tempat tertentu seperti tempat diskotik dan hanya
digunakan oleh para remaja yang biasanya mengalami broken home atau hanya dari
golongan menengah keatas karena harganya yang cukup mahal, sekarang digunakan
juga oleh anak - anak yang berasal dari keluarga yang harmonis sebagai media
hiburan yang dianggap sebagai lambang kemajuan dalam pergaulan saat ini. Usia
remaja merupakan usia pencarian jati dirinya sendiri, usia dimanakah dia akan
menentukan hodupnya menuju ke tahap kedewasaan.
Hal hal yang
menyebabkan seseorang terjerumus ke penggunaan narkoba sebenarnya merupakan
akibat dari interaksi antara 3 faktor yaitu zat itu sendiri,
masyarakat atau konteks sosial kultural
tempat penyalahgunaan obat itu terjadi serta individu yang bersangkutan.
Pengguna narkoba
biasanya akan mengalami gangguan mental dan perilakunya, karena adanya gangguan
pada sistem saraf pusat di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi alam
pikiran, perasaan atau emosi, dan perilaku. Para pengguna narkoba tidak hanya mengalami gangguan
kesehatan fisik tapi juga datangnya penyakit menular. Menurut Partodiharjo
(2006:33) pemakai narkoba berubah menjadi orang yang egois, eksklusif, paranoid
(selalu curiga), jahat, bahkan tidak peduli terhadap orang lain. Selain itu,
kerusakan yang tidak kalah bahayanya adalah gangguan psikologis serta kerusakan
mental dan moral.
Berdasarkan hasil
wawancara yang peneliti lakukan terhadap enam penyalahguna narkoba, mereka
tetap memiliki motivasi untuk sembuh karena mendapatkan dukungan dan dorongan
dari orang orang dilingkungan sekitar. Menurut mereka motivasi untuk sembuh itu
berasal dari kesadaran diri mereka sendiri, namun motivasi itu akan terus ada
karena mendapatkan dukungan dari orang orang yang ada disekitarnya.
Dalam beberapa tahap
perkembangan manusia, dukungan sosial memang sangat dibutuhkan untuk
perkembangan hidup, begitu juga pada waktu masih remaja. Dukungan sosial yang
dapat diterima dapat membuat seorang individu merasa sangat tenang,
diperhatikan, timbul rasa percaya diri, dan sebagainya (Smet, 1993:117).
Dengan dukungan sosial
membuat remaja penyalahguna narkoba memiliki motivasi untuk sembu sehingga
mereka akan kembali memiliki arti dalam hidupnya. Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka penulis tertarik ingin melakukan penelitian tentang
hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi sembuh bagi penyalahguna
narkoba.